BUDAYA



Romo Mudji Sutrisno menilai sosok Gus Dur adalah tokoh pemersatu bangsa

Budayawan dan Rohaniawan-Romo Mudji Sutrisno- menilai sosok Gus Dur adalah tokoh pemersatu bangsa, demokrat yang membela kaum minoritas. "Almarhum sosok pemersatu bangsa, sosok demokratis yang juga membela kaum minoritas," tegasnya.

Romo Mudji yang telah lama bersahabat karib dengan almarhum, mencontohkan saat perayaan Imlek. Gus Dur mengajarkan secara tak langsung untuk tetap menjaga kemajemukan Indonesia melalui forum dialog antaragama.

"Almarhum Gus Dur adalah sosok muslim dengan Nadhlatul Ulama-nya yang humanis mencoba merangkul semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok minoritas sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang plural," tegas Romo Mudji.

Dalam masa pemerintahan Gus Dur, proses reformasi dinilai berjalan begitu dinamis, namun berjalan baik karena kepiawaian almarhum.

"Almarhum sosok yang tak membedakan kelompok bangsa satu dengan lainnya. Pemimpin yang tak memberikan keistimewaan pada kelompok atau golongan tertentu. Semua sama, sebagai bagian bangsa dan negara Indonesia," tandas Romo Mudji.

Gus Dur yang menjabat presiden periode 1999-2001, wafat pda 30 Desember 2009 setelah dirawat di RS Cipto Mangunkusumo.

Tak hanya Romo Mudji yang mendapat pengalaman mengagumkan saat menjalin persahabatan dengan Gus Dur. Hampir semua tokoh di Indonesia, bahkan dunia, memperoleh manfaat istimewa.

Mendidik Jiwa
Ketika Gus Dur telah tiada pun, makamnya tak pernah sepi dari peziarah dari berbagai pelosok Tanah Air. KH Soleh Darat pernah berkata, satu tanda kewalian seseorang adalah banyaknya orang yang berziarah ke kuburnya.

Terkait ulama agung gurunya para ulama tanah Jawa itu, Rektor Universitas Wahid Hasyim, Dr Noor Ahmad punya cerita menarik. Dia mengungkapkan, saat ia dan tim PWNU Jateng akan mendirikan universitas, sowan ke Gus Dur di Jakarta.

Noor Ahmad malah disuruh Gus Dur ziarah ke makam Mbah Soleh Darat. Ia dan timnya pun memenuhinya, ziarah ke makam gurunya pendiri NU KH Hasyim Asyari, juga gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan tersebut di Bergota. Saat itu Noor Ahmad masih berpikir keras, apa maksud Gus Dur menyuruh datang ke makam wali.

"Setelah kami ziarah, baru mengerti maksud Gus Dur. Mendirikan universitas itu harus dilandasi niat yang bukan duniawi. Harus dengan jiwa mendidik, seperti Mbah Soleh Darat," tutur Noor Ahmad.

Ziarah kubur menurut Dosen IAIN Walisongo Semarang, Hasyim Muhammad merupakan cara paling tepat untuk mengingat kematian. "Orang kalau ingati mati, pasti ingat akhirat. Lalu bisa merefleksikan langkah hidupnya yang sedang dijalani," katanya.

"Itulah hebatnya Gus Dur. Untuk menasehati orang, beliau langsung melibatkan wali besar di tanah Jawa yang juga merupakan guru kakeknya. Agar kita selalu bening pikiran dan bersih jiwa," jelas Hasyim Muhammad.

Orang yang selalu ingat mati, pasti hidupnya terkendali. "Tak diperbudak duniawi. Itulah jalan sufi yang ditempuh Gus Dur dan diajarkan kepada umat Islam agar berakhlak mulia, seperti Kanjeng Nabi Muhammad SAW," tegasnya.
(Sumber: pontianak.tribunnews.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar